Kamis, 23 Januari 2014
Rabu, 22 Januari 2014
Potensi wisata Flores Timur perlu Go International
Kabupaten Flores Timur sebagai Kabupaten kepulauan begitu kaya dengan panorama alam yang indah dan tradisi adat yang unik. Flores Timur juga memiliki sejumlah aset wisata budaya yang perlu dikembangkan dan dipertahankan keaslian budayanya sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang di Pulau Flores bagian timur ini. Dari beberapa tempat berpotensi untuk wisata di Flores Timur, Dusun Riang Pedang, yang terletak di desa Ile Padung kecamatan Lewolema ternyata menyimpan segudang keaslian budayan Lamaholot. Berdasarkan survey lapangan Incito Prematur yang dilakukan oleh N.G Sebastian, mengatakan, desa ini layak menjadi tempat obyek wisata budaya tingkat internasional.
Berbagai tradisi asli budaya Lamaholot masih dipertahankan sehingga desa ini selalu kebanjiran wisatawan mancanegara. Pada tahun ini sebanyak 317 wisatawan mancanegara mengunjungi Riang Pedang untuk menyaksikan proses perkawinan tradisional Lamaholot, proses pembuatan benang, proses tenun ikat serta kunjungan ke korke atau langobelen (rumah besar/ rumah suku) yang merupakan tipikal rumah adat orang Flores Timur. Dalam kunjungan tersebut para wisatawan juga menyaksikan atraksi budaya berupa tarian adat yang dilengkapi dengan busana adat yang masih sangat asli.
Selain wisata budaya, para wisatawan juga menyaksikan panorama alam yang begitu indah dengan hamparan pantai yang hijau serta sebuah teluk hading yang membelah ujung Tanjung Bunga dengan Lewolema. Di desa ini juga para wisatawan menyaksikan hasil produksi dan proses pembuatan biji mente menjadi makanan ringan yang telah dikenal dunia internasional melalui lembaga Swiss Contak. Sistem perkebunan yang menggunakan pupuk organik dengan produksi biji mente ini membuat desa yang pernah menjadi korban Gempa dan Tsunami 1992 ini, menjadi perhatian para wisatawan.
Wisatawan Kembali Lagi Ke Lewolema.
Selain ke Riang Pedang Desa Leworahang kecamatan Lewolema, wisatawan
mancanegara dalam kesempatan yang berbeda kembali mengunjungi Desa
Bantala kecamatan Lewolema senin,(8/6/10). Kunjungan yang semakin marak
dengan tujuan Lewolema ini membuat orang semakin bertanya ada apa di
Lewolema.Desa Bantala sebagai tujuan wisatawan asal Amerika yang
berjumlah 12 orang tersebut ternyata merupakan induk dalam tradisi
budaya Lamaholot versi Lewolema atau dikenal sebagai Lewo Kakan.
Di desa ini pula tersimpan sejumlah aset wisata budaya berupa
berbagai kelengkapan atribut budaya asli berupa sarung adat, gelang,
topi dan sejumlah perlengkapan lain. Para wisatawan mancanegara dalam
kunjungan tersebut merasa begitu bangga dengan tradisi budaya orang
Flores Timur yang saat ini masih dijaga. Laksmono Santos pemandu wisata
ketika dimintai komentarnya mengatakan 13 tahun silam budaya Lewolema
masih sangat terasa.
Menurutnya saat ini sudah ada sedikit pergeseran budaya, sehingga
Laksmono mengharapkan, agar budaya yang ada ini perlu dipertahankan,
karena pihaknya akan terus berupaya untuk menjual budaya ini kepada para
wisatawan mancanegara untuk semakin dekat dengan Lewolema.
Laksmono mengharapkan agar semua pihak baik Pemerintah maupun
masyarakat dan elemen-elemen lain untuk tetap dengan caranya tersendiri
membantu masyarakat untuk melestarikan budaya asli ini.
Ritual/ Bahasa Tutur
Selain memiliki tradisi budaya yang unik, Flores Timur juga Memiliki
Ritual atau tuturan ritual yang tersebar di berbagai wilayah etnik
Indonesia Bahasa sangat beragam. salah satunya tuturan bahasa yang cukup
unik ialah tuturan bahasa yang berada di flores timur. kelompok etnik
lamaholot disana menyebutnya lewak tapo, yakni tuturan ritual yang
digunakan sebagai alat komunikasi dengan tuhan, atau mereka sebut rera
wulan tana ekan sebagai pencipta langit dan bumi dan ina ama koda
kewokot sebagai roh leluhur mereka.
Ritual lewak tapo adalah proses membelah kelapa yang dimaksudkan
untuk mencari tahu sebab kematian seseorang yang tidak wajar atau
meninggal sebelum masa tua mereka. hal ini sekaligus bertujuan untuk
membersihkan bobot dosa yang dilakukan orang tersebut ataupun
keluarganya yang menyebabkannya meninggal dunia dan tidak akan terulang
kembali di kemudian hari.
Pada pandangan orang lamaholot pengingkaran terhadap koda (kebenaran)
menyebabkan seseorang mudah mati atau mati muda. Koda hampir mirip
seperti norma yakni larangan atau perintah yang ditujukan agar
terciptanya keharmonisan antar manusia, manusia dengan lingkungan dan
yang terpenting manusia dengan sang pencipta. Seseorang yang mempunyai
bobot dosa yang banyak akan ditimpalkan hukuman oleh rera wulan tana
ekan berupa kematian yang tidak wajar. hal ini kemudian melahirkan
tradisi ritual lewak tapo.
Simbol-simbol Ritual Lewak Tapo
Simbol-simbol Ritual Lewak Tapo
1.Tapo / kelapa
Disimbolkan sebagai kepala manusia. karena kepala adalah pusat pengendali aktivitas manusia, kepala juga sebagai pengendali perilaku baik ataupun buruk. perilaku buruk tersebut yang mengakibatkan seseorang mengalami kematian yang tidak wajar, yang tidak lain adalah kendali dari kepala. lewat buah kelapa diyakini akan terungkap kesalahan – kesalahannya dan dilakukan pemulihan agar tidak terjadi kembali di kemudian hari.
Disimbolkan sebagai kepala manusia. karena kepala adalah pusat pengendali aktivitas manusia, kepala juga sebagai pengendali perilaku baik ataupun buruk. perilaku buruk tersebut yang mengakibatkan seseorang mengalami kematian yang tidak wajar, yang tidak lain adalah kendali dari kepala. lewat buah kelapa diyakini akan terungkap kesalahan – kesalahannya dan dilakukan pemulihan agar tidak terjadi kembali di kemudian hari.
2. Sirih Pinang
Ditujukan untuk menyapa atau untuk menghormati para roh leluhur ataupun para tamu pria yang dating. sirih pinang berbentuk seperti rokok. Sirih pinang juga disimbolkan sebagai jenis kelamin. Pinang ( wanita) dan sirih ( pria ). makna simbolik ini terdiri dari dua dimensi yakni :
a. dimensi sosialsebagai sarana pengikat atar semua orang yang terlibat dalam upacara lewak tapo. mereka dengan ikhlas ikut mensukseskan acara tersebut
b. dimensi religisebagai saran penyatu antara manusia dengan leluhur dan tuhannya. agar mendapatkan restu dalam pelaksanaan acara ritual tersebut.
Ditujukan untuk menyapa atau untuk menghormati para roh leluhur ataupun para tamu pria yang dating. sirih pinang berbentuk seperti rokok. Sirih pinang juga disimbolkan sebagai jenis kelamin. Pinang ( wanita) dan sirih ( pria ). makna simbolik ini terdiri dari dua dimensi yakni :
a. dimensi sosialsebagai sarana pengikat atar semua orang yang terlibat dalam upacara lewak tapo. mereka dengan ikhlas ikut mensukseskan acara tersebut
b. dimensi religisebagai saran penyatu antara manusia dengan leluhur dan tuhannya. agar mendapatkan restu dalam pelaksanaan acara ritual tersebut.
3. Tuak
Minuman khas ritual lewak tapo ini juga memiliki dua makna yakni :
a. makna religious : tuak adalah sarana untuk menyatakan segala sesuatu yang dilaksanakan dalam ritual lewak tapo berada naungan leluhur. untuk itu leluhur sangat diutamakan dalam proses ritual ini.
b. makna sosial : tuak adalah sarana penguat sumpah antara mereka yang meminumnya dan menyisyaratkan ikatan social pada yang meminumnya.
4. Belegan : gumpalan kapas putih dengan jumlah yang ditentukan oleh molan (dukun). bertujuan untuk pengungkapan dan pembersihan bobot – bobot dosa yang dilakukan yang dapat menghambat jalannya upacara ini.
Ciri Bahasa Ritual
1. Diksi dan sajak cenderung tetap
2. Diucapkan oleh orang tertentu
3. Diucapkan pada tindakan ritual sakral
4. Digunakan untuk berkomunikasi dengan sang pencipta atau leluhur.
5. bahasanya cenderung berdaya magis.
2. Diucapkan oleh orang tertentu
3. Diucapkan pada tindakan ritual sakral
4. Digunakan untuk berkomunikasi dengan sang pencipta atau leluhur.
5. bahasanya cenderung berdaya magis.
Identifikasi Bahasa Ritual
1. Bahasa sehari-hari yang ditingkatkan fungsi , bentuk dan artinya.
2. Punya bentuk/susunan yang cenderung tetap.
3. Puitis dan metaforis
4. Menyajikan polisemi , homonym dan sinomini
5. Bentuk dan makna berkaitan secara sistematis.
2. Punya bentuk/susunan yang cenderung tetap.
3. Puitis dan metaforis
4. Menyajikan polisemi , homonym dan sinomini
5. Bentuk dan makna berkaitan secara sistematis.
Keyakinan orang lamaholot adalah kebersamaan. dengan ini menunjukan
tradisi lewak tapo mengandung makna persatuan sebagai hubungan antara
manusia dan leluhur. makna persatuan dengan leluhur ini membangun suatu
nilai religious tersendiri di masyarakat lamaholot. orang lamaholot juga
berkeyakinan pula leluhur dan tuhan berperan penting dalam ketentraman ,
keharmonisan , dan keselamatan hidup. lewak tapo juga bertujuan untuk
melindungi generasi berikut. makna pemujaan ini menyiratakan kesadaran
kita sebagai manusia adalah makhluk yang tidak berdaya di hadapan sang
pencipta. Artinya bahasa tidak hanya sebagai bagian dari budaya, tetapi
bahasa adalah gambaran bahasa dari budaya masyarakat/penuturnya
tersebut.
Perlu Upaya Pengembangan
Kepala Dinas Perhubungan,Pariwisata,Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Flores Timur Drs.Thomas Padjon Tukan,M.Si ketika menerima
kunjungan wisatawan mancanegara tersebut mengatakan bahwa kunjungan
wisatawan asing memberikan makna akan pentingnya pengembangan pariwisata
di Flores Timur.
Dikatakannya pula bahwa Pemerintah melalui Dinas Perhubungan,
Pariwisata, Komunikasi dan Informatika tetap terus berupaya
mengembangkan program-program kepariwisataan untuk menjadikan Flores
Timur sebagai daerah tujuan wisata.Terkait dengan itu pihaknya akan
berupaya untuk mengembangkan obyek wisata di Flores Timur secara
bertahap guna memenuhi kriteria sebagai obyek wisata yang menarik,
apik,d an memikat bagi wisman, sehingga lebih lama tinggal di Flores Timur dan memberikan kenangan yang tidak terlupakan.
Perjalanan wisata budaya para wisatawan mancanegara tersebut terkesan
menarik karena didukung oleh sarana dan prasarana serta Informasi yang
cukup sebagaimana dikatakan Jhon Wilbert pemandu wisata Dinas terkait,
khususnya dibidang Pengembangan Produk Wisata dan Pemasaran menyiapkan
Leaflet guiding info, kalender Event Pariwisata, Jadwal atraksi upacara
adat yang ada di Flores Timur selama satu tahun serta buku pesona
wisata.
Mr. Gerard salah satu peserta wisata ketika dimintai komentarnya
terkait perjalanan wisata di Flores Timur mengatakan bangga karena warga
Flores Timur menerima rombongan wisman dengan baik, ramah,mempunyai
kemampuan guide yang bagus serta pelayanan selama perjalanan tour terasa
aman termasuk alur pergerakan lalu lintas yang begitu baik. Mr.Gerard
mengharapkan perlu adanya peningkatan kondisi jalan dan areal pelabuhan
Larantuka.
Daerah-daerah Potensi Wisata Dan Hal Yang Harus Dilakukan
Dunia pariwisata pada umumnya merupakan salah satu sektor yang dapat
meningkatkan dan memajukan perekonomian. Dan wilayah Flores Timur yang
memiliki potensi pariwisata yang begitu banyak dapat kita manfaatkan
untuk kemajuan perekonomian daerah Flores Timur. Untuk diketahui,
berdasarkan hasil pantauan beberapa lembaga survey nasional di bidang
pariwisata, mengatakan bebrapa waktu lalu, Flores Timur dapat dijadikan
sebagai daerah tujuan wisata yang bertaraf internasional selain Wisata
Budaya Lewolema (Tanjung Bunga). Seperti, Danau Asmara, Jejak Kaki Gajah
Mada (Tanjung Bunga), Pantai pasir putih Ritaebang (Solor), Danau
Wibelen (Adonara), Pulau Konga, Selat Lewotobi dan Gugusan Pulau-Pulau
Kecilnya yang indah dan masih banyak lagi tempat-tempat yang lainnya.
Menyikapi potensi ini, memang sudah seharusnya pemerintah daerah
Flores Timur , dalam hal ini dinas terkait, terus berupaya untuk
memperkenalkan potensi wisata yang ada di Flores Timur yang begitu
banyak. Hal ini jelas membutuhkan proses yang tidak mudah. Tetapi bukan
tidak mungkin. Untuk itu, pemda dan instansi terkait harus sesegera
mungkin mencari formula jitu (strategi promosi yang tepat) untuk
mengemas daerah berpotensi wisata tersebut menjadi daerah tujuan wisata
yang menjanjikan demi meningkatkan PAD Flores Timur di bidang
pariwisata. Sudah tentu, hal ini juga harus ditunjang dengan pembangunan
sarana dan prasarana yang bisa memfasilitasi para wisatawan untuk mau
dan betah berkunjung ke daerah kita. Seperti pembangunan sarana jalan,
pemugaran hotel dan penginapan yang memadai mau pun SDM manusia yang
mampu menerima setiap dampak dari kemajuan pariwisata di daerah Flores
Timur.
Untuk mencapai segala tujuan diatas, ada beberapa hal yang mungkin harus dilakukan oleh Pemda dan Instansi terkait seperti :
1. Menambah tenaga ahli pariwisata (sesuai kebutuhan) dalam Dinas Pariwisata
2. Melakukan diskusi-diskusi pariwisata dengan tokoh-tokoh adat dan tokoh-tokoh masyarakat dan lapisan masyarakat
3. Memberikan kursus-kursus pariwisata kepada tenaga muda yang peduli dengan masalah pariwisata di Flores Timur
4. Melestarikan adat dan budaya tradisional yang telah ada
5. Menjalin kerjasama dengan pihak swasta yang berkompeten
6. Mencaari investor di bidang pariwisata untuk membangun infrastruktur pariwisata yang dapat dijual
7. Melakukan kegiatan promosi yang terus menerus, dll
Selain hal-hal diatas, masyarakat Flores Timur juga dituntut untuk
mau bekerjasama dalam mensukseskan program-program di bidang pariwisata
(andaikata ada) yang digulirkan oleh pemerintah. Masyarakat kita harus
sadar bahwa sektor pariwisata dapat mendongkrak pendapatan perkapitanya.
Juga dapat menambah laju pertumbuhan perekonomian Floes Timur. Sehingga
tujuan pengentasan kemiskinan dan kemakmuran masyarakat Flores Timur
sedikit dapat tercapai. Sekian.
sumber : http://larantuka.com/
Jumat, 17 Januari 2014
LARANTUKA
Flores Timur dengan ibukota Larantuka adalah salah satu kabupaten
di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di sebelah timur dari Pulau Flores, yang terdiri dari Pulau
Solor dan Pulau Adonara.
kota ini terkenal sebagai kota religi bagi umat Nasrani yang
di sebut sebagai kota reinha.keindahan kota Larantuka tidak perlu di ragukan
lagi karena terdapat banyak tempat wisata berupa pantai-pantai.yang sangat saya
banggakan dari kota bekas penjajahan portugis ini adalah rasa solidaritas umat
beragama yang sanga tinggi.
Meskipun Mayoritas penduduk adalah Nasrani namun masyarakat disana hidup selalu berdampingan
dengan tidak memandang perbedaan agama sehingga terciptanya kerukunan serta
keselarasan dalam kehidupan bermasyarakat.
Jika anda tertarik untuk mengetahui
budaya-budaya baik dari tarian atau menenun anda bisa langsung datang dan
berkunjung kekota ini
Setiap tahun, pada saat menjelang dan saat perayaan Paskah
umat Katolik, kota indah di bibir pantai ujung timur Pulau Flores ini dibanjiri
ribuan peziarah dari berbagai kota di pelosok Tanah Air, bahkan dari luar
negeri. Larantuka dalam sepekan itu menjadi 'kota bisu'. Para peziarah seolah
bergerak dalam kebisuan untuk mengikuti dengan khusyuk “tapak-tapak penderitaan
hingga prosesi pemakaman Yesus” khas adat Larantuka.
Tak hanya dikunjungi wisatawan domestik, tapi juga luar
negeri. Berbagai alasan pun diberikan, ada yang ingin berwisata rohani ketika
Paskah, ada pula yang datang sekadar untuk menyaksikan keramaian Semana Santa.
Di tengah apitan dua pulau ini terbentang sebuah lautan
kecil dengan selat-selat sempit bagaikan sebuah telaga. Secara alami, Larantuka
merupakan sebuah permukiman yang sangat indah.
Sebagai kota pelabuhan yang tidak terlalu besar, Larantuka
memperlihatkan panorama yang dikelilingi bukit-bukit dan gunung Lewotobi ganda
yang samar-samar tampak di bagian barat, sungguh mempesona
Kamis, 16 Januari 2014
Larantuka: Mutiara Iman dari Timur
Jauh di ufuk timur Indonesia, tepatnya di Pulau Flores bagian timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah kota kecil bernama Larantuka yang memiliki nama yang besar di dalam sejarah kekristenan (Katolik) di tanah air. Sudah sekitar lima abad yang lalu, kota ini telah diinjili oleh para misionaris dari Portugis. Kekayaan iman yang pernah diterima dari para misionaris, khususnya ritual seputar Pekan Suci, tetap dipertahankan sampai saat ini, sekalipun mengalami sedikit degradasi makna manakala dibumbui oleh cita rasa komersialisme.
Catatan
sejarah yang penting tentang Flores Timur berasal dari seorang pelayar
Portugis bernama S.M. Cabot pada tahun 1544. Cabot, dalam pelayarannya
ke ujung timur Pulau Flores, menjumpai sebuah bunga karang raksasa di
Tanjung Bunga. Tempat di mana ia menemukan bunga karang tersebut
dinamainya sebagai “Cabot de Flores”.
Sebelum misi
Katolik menyentuh wilayah Flores Timur, sebagian besar masyarakat
hidup dalam kepercayaan lokal yang menghormati roh-roh nenek moyang dan
mempercayai takhyul. Sosok Yang Ilahi disapanya sebagai “Lera Wulan
Tanah Ekan” atau sang Ada yang menguasai matahari, bulan, dan bumi.
Selain itu, kekuasaan mutlak raja tak dapat ditandingi pihak manapun.
Rakyat dianggap tidak memiliki hak; mereka hanya berharap dari kemurahan
hati sang raja. Setelah masuknya kekristenan, dapat dikatakan bahwa
situasi ini mengalami perubahan yang sangat besar, terutama terhadap
kehidupan iman umat.
Misi Katolik di Flores Timur:
a. Pusat Misi di Solor
Iman Katolik di Larantuka dan di daerah sekitarnya dibawa oleh para misionaris dari ordo OP (Ordo Praedicatorum), OFM (Ordo Fratrum Minorum), SJ (Societas Jesu), dan SVD (Societas Verbi Divini).
Dalam pelayaran portugis untuk mencari rempah-rempah pada peralihan
abad ke-5 dan abad ke-6 di Kepulauan Nusa Tenggara, ikut serta pula para
misionaris yang mengantongi izin resmi dari Paus untuk mewartakan iman
Katolik di tempat persinggahan kapal dagang Portugis.
Pada tahun
1556, P. Antonio Taveira OP, membaptis 5000 orang di Pulau Timor dan
banyak orang lain di daerah Flores Timur. Sayangnya, pembaptisan ini
tidak segera diikuti dengan upaya-upaya pembinaan iman lanjutan
sehingga umat yang telah dibaptis kembali lagi ke keadaan sebelum
dibaptis yang diwarnai dengan praktek-praktek kekafiran. Upaya misi yang
lebih serius dilakukan pada tahun 1561, yang ditandai dengan
kedatangan tiga misionaris dominikan asal Portugis di Lohayong, Pulau
Solor, yaitu P. Antonio da Cruz OP, Simâo das Chagas dan Bruder Alexio.
Para misionaris ini tinggal di tengah komunitas pedagang portugis yang
terpisah dari komunitas masyarakat lokal. Hanya pada saat-saat
tertentu saja, para misionaris tinggal bersama dengan umat lokal dan
melayani kebutuhan iman mereka. Pada periode tahun 1560-an, setelah
mendapatkan serangan dari armada Islam, para misionaris memelopori
pendirian benteng pertahanan untuk melindungi kepentingan dagang
Portugis dan masyarakat setempat.
Pada tahun 1613, sebuah armada dagang Belanda (VOC- Vereenigde Oost-Indische Compagnie)
yang dipimpin oleh Apolonius Scotte menuntut pihak Portugis untuk
menyerahkan benteng Lohayong, Solor. Setelah kehabisan amunisi dalam
sebuah pertempuran sengit, akhirnya pihak Portugis menyerahkan Benteng
Lohayong ke pihak Belanda pada tanggal 20 April 1613. Sebagian pedagang
Portugis berangkat ke Malaka, dan sebagian lainnya berangkat ke
Larantuka yang pada saat itu masih dikuasai Portugis. Pasca penyerahan
benteng di Lohayong, Belanda menguasai pulau Adonara dan sebagian besar
Pulau Solor, kecuali Lewolein dan Pamakayo.
b. Pusat Misi di Larantuka
Bersamaan
dengan berpindahnya sebagian pedagang Portugis ke Larantuka, pusat misi
di Solor kemudian dipindahkan ke Larantuka, Flores Timur. Pada tahun
1630, P. Michael Rangel OP, memperbaiki benteng di Solor yang telah
ditinggalkan Belanda. Sementara itu Larantuka telah berkembang menjadi
pusat misi yang baru. Pada tanggal 13 Desember 1633, P. Michael Rangel
OP menuliskan sebuah laporan ke Portugal yang antara lain menyebutkan,
“Masa gemilang agama Kristen sudah kembali lagi. Kurban misa dan
perarakan diselenggarakan lagi, stasi-stasi misi didirikan, pertobatan
orang kafir dan penghiburan kaum beriman telah berjalan kembali seperti
dahulu.”
Misi
Portugis di Larantuka rupanya terus didesak oleh pihak Belanda. Pada
bulan Desember 1851, pihak Portugis dan Belanda mengadakan perjanjian
pembagian wilayah Nusa Tenggara Timur. Beberapa kali perjanjian ini
mengalami perubahan dan penegasan. Akhirnya, pada tanggal 20 April 1859,
melalui sebuah perjanjian bersama, ditentukanlah bahwa Flores lepas
dari pengaruh Portugis. Setelah perjanjian tersebut, perhatian para
misionaris ke Pulau Flores menurun. Atas upaya kaum awam yang secara
militan mempertahankan iman yang telah ditanamkan oleh para misionaris
Portugis, iman Katolik dapat diwariskan. Kelompok Confreria
Reinha Rosari Larantuka (kelompok religius awam) yang pernah didirikan
oleh P. Lukas da Cruz pada tahun 1564, menjadi yang terdepan dalam
mempertahankan tradisi-tradisi ke-Katolik-an yang telah diwariskan oleh
para misionaris Portugis.
Setelah
lepas dari pelayanan iman oleh misionaris Portugis, umat kemudian
dilayani oleh para misionaris Belanda. Misi awal para misionaris Belanda
ditandai oleh dua tantangan, yaitu a) kecurigaan umat terhadap bahaya
protestanisasi, dan b) kualitas iman umat yang sangat merosot. Sebuah
surat dari Fra Gregorio, seorang misionaris di Dili, kepada Raja
Larantuka segera mengatasi kecurigaan umat terhadap bahaya
protestanisasi pada saat itu. I.P.N. Sanders, misionaris pertama Belanda
di Larantuka, menyaksikan kondisi iman umat yang sangat terbengkalai.
Misionaris Belanda lain, yaitu Heynen, menuliskan, “Betapa banyak
kebiasaan buruk telah masuk ke dalam hidup mereka. Takhyul tumbuh dengan
subur bagaikan tanaman liar di ladang yang tak terurus. Animisme
dilakukan dengan leluasa. Mabuk, dengan semua akibat yang tidak mengenal
kesusilaan, balas dendam dan semua kekejaman tak berperikemanusiaan
merajalela. Memang kita harus berjuang untuk melawan kepicikan dan
kemalasan keagamaan di daerah ini”. Kedatangan Pater G. Metz SJ membuka
daftar misionaris SJ di daerah Flores Timur. Beliau sangat berperan
dalam memajukan bidang kesehatan dan pertanian. Pada tahun 1875, simbol
kekafiran terakhir dihapuskan dengan dibubarkannya rumah adat kafir
yang terakhir di wilayah tersebut. Lewat dukungan Raja Don Lorenzo DVG,
Larantuka semakin mantap berkembang sebagai pusat misi Katolik.
Pada tahun
1913, para misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) yang berpusat di
Jerman, memasuki Gereja di Nusa Tenggara. Mereka mengambil kendali misi
di Flores dari tangan misionaris SJ pada tahun 1914. Tempat pendidikan
calon imam (seminari menengah) didirikan di Hokeng pada tahun 1950.
Pada tahun 1958, sebuah tarekat suster lokal bernama Puteri Reinha
Rosari (PRR) didirikan oleh Mgr. Gabriel Manek SVD. Para religius dan
kaum awam yang mendapatkan warisan iman yang sama, terus bekerja sama
memajukan iman yang pernah diterimanya.
Tradisi Pekan Suci (Semana Santa) di Larantuka:
Pekan suci
adalah pekan terakhir dalam masa puasa dan pantang umat Katolik yang
telah dibuka pada hari Rabu Abu (Ash Wednesday). Pekan ini disebut
suci, karena umat secara khusus mengenangkan saat sengsara, wafat, dan
kebangkitan Yesus Kristus. Pekan suci dibuka dengan Minggu Palma, saat
untuk mengenangkan Yesus yang memasuki Kota Yerusalem untuk menderita
dan wafat di salib. Selanjutnya diikuti dengan perayaan Kamis Putih,
Jumat Agung, Sabtu Santo, dan diakhiri dengan Minggu Paskah.
Pada hari
Senin dan Selasa dalam Pekan Suci, umat Larantuka menjalankan kegiatan
seperti biasa, tanpa ada perayaan religius tertentu. Hari Rabu, adalah
hari untuk mengenangkan Tuhan yang terbelenggu (Tuan Trewa).
Umat Katolik Larantuka berkumpul di Kapel Tuan Trewa untuk mendaraskan
ratapan Nabi Yeremia (lamentasi). Saat-saat puncak Pekan Suci adalah
Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Santo, dan Minggu Paskah. Hari Kamis
Putih, Jumat Agung dan Sabtu Santo sering disebut sebagai Tri Hari Suci.
a. Kamis Putih
Kamis Putih
adalah hari peringatan perjamuan terakhir Yesus dengan para murid-Nya.
Umumnya pada hari Kamis Putih pagi, diadakan misa Krisma yang dipimpin
oleh uskup setempat untuk memberkati minyak yang dipakai untuk sakramen
pembaptisan, krisma, pengurapan orang sakit, dan imamat. Pada sore
harinya, imam mengadakan ekaristi, yang secara khusus dipersembahkan
untuk mengenangkan perjamuan terakhir Yesus. Bagian integral dari
perayaan ini adalah tindakan simbolis imam yang membasuh kaki 12 orang
yang dipilih untuk mewakili 12 rasul Yesus. Biasanya, perayaan ekaristi
ditutup dengan Adorasi/Penyembahan Sakramen Mahakudus (tubuh Kristus
yang diletakkan di dalam monstrans) dan tuguran (doa bergilir di
hadapan Sakramen Mahakudus).
Pada Kamis Putih pagi, umat Larantuka membuat pagar bambu (pasang turo)
sebagai tempat lilin untuk prosesi yang diadakan pada hari Jumat
Agung. Turo dipasang sepanjang jalur prosesi. Selain memasang pagar
bambu, umat pun membuat Armida, yaitu tempat persinggahan Tuan Ma (arca Bunda Maria) dan Tuan Ana (peti yang berisi arca Yesus) yang diarak keliling kota dalam prosesi Jumat Agung. Selain itu, para petugas dari kelompok Confreria membersihkan arca Mater Dolorosa. Pada hari Kamis sore, kapel Tuan Ma dan Tuan Ana dibuka oleh keturunan Raja Larantuka.
Setelah misa
Kamis Putih, dipersiapkanlah empat orang yang secara khusus melakukan
promesa (intensi) Lakademu. Para Lakademu melakukan Jalan Kure,
untuk mengecek jalur prosesi dan kesiapan armida. Artefak-artefak
religius peninggalan Portugis, yang akan ditempatkan di armida prosesi,
dibersihkan pada hari Kamis Putih.
Sebagian
besar umat yang tidak secara langsung bersentuhan dengan persiapan
prosesi Jumat Agung mengisi waktunya dengan berziarah ke makam sanak
keluarga yang telah meninggal dunia.
b. Jumat Agung
Jumat Agung
adalah hari khusus untuk mengenangkan sengsara dan wafat Yesus Kristus.
Umumnya umat Katolik berpuasa dan berpantang makan daging. Liturgi
Gereja diisi dengan ibadat penyembahan Salib Yesus.
Bagi umat
Larantuka, Jumat Agung adalah hari yang penting dan istimewa, karena
pada hari ini umat mengadakan Prosesi Jumat Agung untuk mengenangkan
Bunda Maria yang meratapi Puteranya yang menderita dan wafat di kayu
salib. Prosesi ini sangat populer di kalangan umat, tidak hanya yang
ada di Larantuka, tetapi juga yang ada di luarnya. Pada hari Jumat
Agung, Larantuka bagaikan kota mati yang tak berpenghuni. Masyarakat
menjalankan aktivitasnya tanpa menimbulkan keramaian yang amat
mencolok.
Pada pagi
hari, sekitar jam 10.00 WITENG, diadakan prosesi laut untuk mengarak
patung Tuan Meninu (bayi Yesus). Perarakan ini berakhir di depan istana
raja, dan selanjutnya di arak menuju armida Tuan Meninu. Perarakan
diiringi dengan doa dan nyanyian dalam bahasa Portugis dan Indonesia.
Pada pukul
15.00 WITENG, bertepatan dengan jam wafatnya Yesus Kristus, arca Tuan
Ma dan Tuan Ana diarak menuju ke Gereja Katedral Larantuka. Adapun
urutan perarakan, antara lain: pemukul genda do (genderang), anggota
Confreria, pembawa salib dan lilin, arca Tuan Ma, arca Tuan Ana, dan
para petugas yang membawa simbol-simbol penghinaan terhadap Yesus,
antara lain, palu dan paku besar, 30 keping uang perak, mahkota duri,
tongkat, bunga karang, lembing. Perarakan itu diiringi dengan doa dan
nyanyian.
Sebelum
prosesi Jumat Agung diadakan, umat mengunjungi pemakaman terdekat untuk
mendoakan arwah umat yang telah meninggal, sambil berharap agar mereka
bangkit bersama dengan Yesus yang bangkit. Sementara umat berdoa, para
Lakademu berjalan mengelilingi pekuburan dan kembali lagi ke Katedral
untuk mempersiapkan diri mengikuti prosesi.
Prosesi
adalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh umat. Panjang prosesi
mencapai 5 kilometer. Setelah doa pembukaan oleh uskup, seorang wanita
tampil dan menyanyikan lagu ratapan “O Vos Omnes” (bdk. Rat.
1:12). Setelah prosesi berjalan, doa dan nyanyian dipandu oleh kelompok
Confreria. Urutan perarakan prosesi, antara lain, barisan para pemukul
genderang perkabungan, panji konfreria, anak–anak yang membawa
simbol–simbol penghinaan Yesus, biarawan/wati, Lakademu pengusung Tuan
Ma, para promesa, Tuan Ana, umat dan para peziarah. Semua orang yang
mengikuti prosesi harus memegang lilin yang bernyala sepanjang jalan
prosesi. Pada malam prosesi ini, Larantukan bagaikan lautan cahaya
lilin.
Perjalanan prosesi menyinggahi delapan armida:
1. Armida Misericordiae.
Di armida ini, umat disuguhkan bacaan Injil, doa-doa, dan nyanyian
yang menghantar dan mengingatkan umat akan kedatangan Yesus Kristus.
2. Armida Tuan Meninu. Di sini, umat diajak untuk mensyukuri kasih Allah yang telah memenuhi janji-Nya untuk mengutus Putra-Nya ke dunia.
3. Armida Balela. Di armida ini, umat diajak untuk meneladani Yesus yang setia melaksanakan tugas perutusan-Nya
4. Armida Tuan Trewa
(Tuan Terbelenggu). Umat diajak untuk merenungkan sikap dan teladan
Yesus yang rela berkorban untuk menebus manusia dari perhambaan dosa.
5. Armida Pante Kebis.
Umat diajak untuk merenungkan kesetiaan dan ketabahan Bunda Maria
dalam mengikuti Yesus dari rumah Pilatus sampai puncak Kalvari.
6. Armida Pohon Sirih. Umat diajak untuk merenungkan cinta dan ketaatan Yesus kepada kehendak Bapa dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib.
7. Armida Kuce. Di armida ini, umat diajak untuk merenungkan penderitaan Yesus dan wafat-Nya di kayu salib.
8. Armida Tuan Ana. Di armida ini umat diajak untuk merenungkan Yesus yang diturunkan dari salib dan dimakamkan.
Arak-arakan
prosesi berakhir di Gereja Katedral. Di depan gereja telah berdiri dua
petugas untuk menerima sisa lilin dari umat (punto dama). Sisa lilin
biasanya diolah kembali oleh kelompok Confreria untuk keperluan ibadat
sepanjang tahun.
c. Sabtu Santo/Sabtu Halleluya
Sabtu Santo
merupakan perayaan malam Paskah. Perayaan liturgi malam Paskah dibagi
menjadi empat bagian utama, yaitu a. Upacaya Cahaya yang melambangkan
Kristus yang menghalau segala kegelapan, b. Liturgi Sabda untuk
merenungkan karya penyelamatan Tuhan (7 bacaan dari Perjanjian Lama dan
2 bacaan dari Perjanjian Baru), c. Liturgi Baptis untuk memperbaharui
janji baptis umat, d. Perayaan Ekaristi.
Pada hari
ini, umat Katolik Larantuka menghantar Tuan Ma dan Tuan Ana kembali ke
kapelnya masing-masing. Tuan Ana dan semua simbol penghinaan Yesus
dihantar ke kapel Tuan Ana di Kelurahan Lohayong. Tuan Ma diarak menuju
ke kapelnya di Pante Kebis. Pada hari ini pula, kota Larantuka
disibukkan dengan arus kendaraan para peziarah yang kembali lagi ke
tempatnya masing-masing.
d. Minggu Paskah
Perayaan
ekaristi minggu Paskah diwarnai dengan sukacita karena “Tuhan telah
bangkit”. Pada hari ini, para anggota Confreria mengevaluasi kegiatan
selama Pekan Suci dan memeriksa kembali semua perlengkapan yang dipakai
selama prosesi.
Catatan Akhir:
Adalah
sebuah kebanggaan bagi masyarakat Flores Timur, khususnya masyarakat
Larantuka bahwa mereka dapat mempertahankan warisan iman yang telah
mereka terima dari para misionaris asing pada sekitar lima abad lampau.
Di tengah perkembangan zaman yang semakin mengancam nilai-nilai
keagamaan, tradisi iman tetap berdiri teguh.
Salah satu
tradisi keagamaan di Larantuka yang paling populer adalah prosesi Jumat
Agung. Prosesi iman yang berintikan Maria yang meratapi nasib anaknya
yang menderita dan wafat di salib ini, telah menyedot perhatian ribuan
orang dari dalam dan luar negeri. Salah satu daya tarik prosesi ini
adalah lamanya ia dipertahankan, dan otentisitas ritualnya yang tetap
terjaga. Menurut penulis, kedua faktor inilah yang menyebabkan prosesi
Larantuka menjadi pilihan umat Katolik untuk melewatkan masa-masa puasa
dan tobatnya. Larantuka bagaikan mutiara berharga yang sangat dicari
oleh orang-orang yang haus akan kasih, kebaikan, dan mujizat ilahi.
Keberlangsungan
suatu tradisi sangat tergantung dari generasi yang mewarisinya. Adalah
sebuah tugas yang berat bagi orang muda Katolik di Larantuka untuk
mewarisi warisan iman yang sangat berharga ini. Untuk itu, penulis
berharap agar orang muda Katolik Larantuka tetap berpegang teguh pada
iman dan merasa bangga sebagai orang muda Katolik Larantuka.
Indahnya Penyembuhan Tuhan (Kesaksian Perjuangan Melawan Kanker)
Lampu—lampu
berkelip di perumahan Citra Dua – Cengkareng mengingatkan akan
keindahan surga yang menjadi tujuan kehidupan makhluk yang bertuhan.
Saat itu, tanggal 05 November 2015, umat Lingkungan Yohanes Pembaptis
mengadakan Misa untuk mendoakan arwah-arwah orang-orang tercinta.
Ketika aku memandang sepasang suami dan istri, yaitu Andreas Faizal
Tjokro dan Pita, bersama anak-anaknya, aku kaget. Aku sangat mengenalnya
karena beliau adalah wakil koordinator PDKK Paroki Trinitas –
Cengkareng dan juga ketua wilayah 28 Paroki tersebut. Badannya kurus dan
wajahnya menghitam. Dia baru saja menyelesaikan proses radiotherapy dan
kemotherapy. Aku ingat bahwa sebelum menjalani pengobatan kankernya,
istrinya meminta aku mendoakan suaminya itu. Bapak Faizal mengatakan :
“Romo, aku datang karena ingin bertemu Romo. Aku ingin memberikan
kesaksian akan kebaikan Tuhan yang tak terhingga”. Wajahnya nampak tidak
down, bahkan tetap menunjukkan sukacita iman walaupun kanker
pernah menderanya dan penanganan telah dijalaninya. Kata-katanya yang
indah : “Di dalam sakitnya, justru mukjizat Tuhan sangat terasakan.
Kuncinya adalah tetap setia melayani Dia walaupun penyakit mengancam
jiwanya”.
Mukjizat Tuhan diimani sejak ia merasakan kepalanya sakit luar biasa
pada bulan Februari 2013. Dokter syaraf menyarankan untuk melakukan MRI
dan cek darah untuk mengetahui penyebabnya. Ia memutuskan hanya meminta
obat anti sakit saja dahulu karena pada tanggal 28 Februari 2013 ia
bersama istrinya, Pita, dengan teman-teman Shekinah mengadakan ziarah ke
tanah suci, Holly Land, dalam rangka pesta perak SEP Shekinah. Obat itu
membantunya ketika sakitnya kambuh. Pada hari kedua ziarah, ia
mengalami mukjizat Tuhan semakin nyata setelah didoakan dalam Kebangunan
Rohani Katolik (KRK). Ia tidak mengalami kesakitan lagi sampai ziarah
selesai.
Setelah pulang dari ziarah, ia memutuskan melakukan biopsi di Pinang –Malaysia seperti anjuran dokter karena pembengkakan di leher tetap masih besar walaupun ia tidak merasakan sakit lagi. Hasil dari biopsi yang ia terima pada awal bulan April mengagetkannya. Ia divonis mengidap kanker rongga mulut (nasopharynx carcinoma) stadium empat. Ia sempat shock dan tidak lagi mampu berdoa seperti biasa. Dukungan doa dari teman-teman sekomunitas, guru-guru SEP Shekinah, uskup, para pastor, dan teman-teman sekolahnya memberikan kepadanya kelegaan. Ia mengalami kekuatan dan urapan baru. Kekuatan Roh Kudus melingkupinya. Ketika berdoa malam, ia sungguh bisa menerima keadaannya dan berserah kepada Tuhan Yesus. Ia berbicara kepada Tuhan: “Tuhan, aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menghadapi kanker ini. Aku mohon kepadaMu, Tuhan, untuk memberikan petunjuk melalui suara Roh Kudus-Mu agar aku boleh mengambil segala keputusan sesuai dengan rencana-Mu. Aku berserah kepadamu. Aku percaya ini boleh aku alami agar aku dapat lebih dekat lagi dengan Engkau”. Penyerahan kepada Tuhan membuahkan hasil yang mengagumkan. Hasil PET Scan menunjukkan bahwa kanker hanya ada di sekitar dinding tenggorokan dan belum menyebar sama sekali. Stadiumnya pun menurun menjadi stadium tiga.
Setelah pulang dari ziarah, ia memutuskan melakukan biopsi di Pinang –Malaysia seperti anjuran dokter karena pembengkakan di leher tetap masih besar walaupun ia tidak merasakan sakit lagi. Hasil dari biopsi yang ia terima pada awal bulan April mengagetkannya. Ia divonis mengidap kanker rongga mulut (nasopharynx carcinoma) stadium empat. Ia sempat shock dan tidak lagi mampu berdoa seperti biasa. Dukungan doa dari teman-teman sekomunitas, guru-guru SEP Shekinah, uskup, para pastor, dan teman-teman sekolahnya memberikan kepadanya kelegaan. Ia mengalami kekuatan dan urapan baru. Kekuatan Roh Kudus melingkupinya. Ketika berdoa malam, ia sungguh bisa menerima keadaannya dan berserah kepada Tuhan Yesus. Ia berbicara kepada Tuhan: “Tuhan, aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menghadapi kanker ini. Aku mohon kepadaMu, Tuhan, untuk memberikan petunjuk melalui suara Roh Kudus-Mu agar aku boleh mengambil segala keputusan sesuai dengan rencana-Mu. Aku berserah kepadamu. Aku percaya ini boleh aku alami agar aku dapat lebih dekat lagi dengan Engkau”. Penyerahan kepada Tuhan membuahkan hasil yang mengagumkan. Hasil PET Scan menunjukkan bahwa kanker hanya ada di sekitar dinding tenggorokan dan belum menyebar sama sekali. Stadiumnya pun menurun menjadi stadium tiga.
Petunjuk Tuhan lebih lanjut diberikan kepadanya melalui orang-orang
yang ia layani sambil menunggu pengobatan radiotherapy sebanyak tiga
puluh tiga kali dan kemotherapy sebanyak enam kali pada tanggal 13 Mei
2013. Setiap minggu ia tetap menghantar komuni tiga orang oma. Ia
memberikan kekuatan dan peneguhan dengan Firman Tuhan kepada seorang oma
yang berusia enam puluh tahun yang kena kanker payudara dan baru saja
menjalani kemotherapy yang pertama serta keadaannya lemah : “Ibu
hendaknya untuk senantiasa berdoa, cukup dengan memanggil Yesus… Yesus…
Yesus…. ketika merasa tidak berdaya”. Hal ini tidak mudah baginya karena
ia juga akan menjalani hal yang sama. Ia sangat merasakan pelukan Tuhan
Yesus yang memberikan kekuatan kepadanya untuk menjalani radiotherapy
dan kemotherapy ketika seorang Bapak memeluknya sambil mengeluarkan air
mata deras pada saat ia mendoakannya pada acara pencurahan Roh Kudus
dalam retret pengutusan KEP Trinitas pada tanggal 11 Mei 2013. Peristiwa
dan pelayanan ini memberikan kekuatan baginya ketika ia menjalani
pengobatan. Katanya: “Tuhan Yesus memberikan apa yang aku butuhkan
ketika aku tetap setia melayani Dia”.
Setelah menerima Sakramen Perminyakan Suci, ia didampingi istrinya tercinta dan mamanya pergi ke Singapore untuk menjalani radiotherapy dan kemotherapy selama dua bulan. Iman akan penyembuhan Tuhan menjadi kekuatannya. Ia dapat menyelesaikan semua proses radiotherapy dan kemotherapy yang begitu berat pada tanggal 25 September 2013. Walaupun berat badannya turun sampai 15 kg dan rambutnya rontok, ia tetap bahagia karena mengalami mukjizat Tuhan itu nyata. Setelah dilakukan pengecekan MRI, Ia dinyatakan telah bersih dari kanker. Puji Tuhan.
Setelah menerima Sakramen Perminyakan Suci, ia didampingi istrinya tercinta dan mamanya pergi ke Singapore untuk menjalani radiotherapy dan kemotherapy selama dua bulan. Iman akan penyembuhan Tuhan menjadi kekuatannya. Ia dapat menyelesaikan semua proses radiotherapy dan kemotherapy yang begitu berat pada tanggal 25 September 2013. Walaupun berat badannya turun sampai 15 kg dan rambutnya rontok, ia tetap bahagia karena mengalami mukjizat Tuhan itu nyata. Setelah dilakukan pengecekan MRI, Ia dinyatakan telah bersih dari kanker. Puji Tuhan.
Ia merasakan berkat Tuhan dari penyakit ini. Pertama: relasi dengan
istrinya semakin mantap. Kedua: pemulihan terjadi dalam keluarga.
Ketiga: Mamanya tercinta mau untuk masuk Katolik setelah merasakan
bagaimana perjuangannya bersama Tuhan Yesus melawan kanker. Ia sedang
menjalani katekumen lansia dan akan dibaptis pada tanggal 7 Desember
2013 nanti. Ia mensyukuri berkat Tuhan di balik penyakit yang harus ia
lalui: “Tuhan bukan hanya memberikan kesembuhan bagiku, tetapi
menganugerahkan keselamatan bagi mamaku”. Ia menyimpulkan pengalaman
imannya dalam sebuah kalimat: “Tuhan akan mengubah masalah yang mendera
kita menjadi berkat istimewa ketika kita menyerahkannya kepada Tuhan,
menanggungnya bersamaNya, dan tetap melayaniNya”.
Setelah sharing atas pengalaman iman dalam melalui penyakitnya, aku
memberkati keluarganya sebagai ungkapan syukur atas kebaikan Tuhan bagi
keluargnya. Ia menutup sharingnya dengan sebuah doa yang indah:
“Terima kasih Tuhan Yesus.
Aku sangat bersyukur boleh mengalami penyakit ini karena imanku semakin bertumbuh.
Aku akan terus menjadi saksi-Mu ke mana pun Engkau utus”.
Aku sangat bersyukur boleh mengalami penyakit ini karena imanku semakin bertumbuh.
Aku akan terus menjadi saksi-Mu ke mana pun Engkau utus”.
Pesan dari sharing indah tesimpul dalam Mazmur 30:3: “TUHAN, Allahku,
kepadaMu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan
aku”. Aku pun memuji Tuhan atas karya-Nya yang ajaib.
Tuhan Memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC
PELAYANAN
Pelukan Kasih
Terik
matahari sangat hebat di Oasis Lestari pada tanggal 21 November 2013
saat aku siap merayakan Ekaristi untuk mengkremasi seorang Bapak yang
tak pernah aku prediksi. Ketika aku turun dari mobil, seorang ibu
setengah baya menyapaku: “Romo, pasti kaget siapa yang meninggal ini. Ia
adalah suamiku. Romo mengenalnya pada peringatan seratus hari arwah
abangku satu bulan silam. Romo sempat mengobrol di luar dengannya. Ciri
khasnya adalah ia selalu mengenakan topi ke mana saja ia pergi”.
Hatiku termangu mengingat waktu bertemu dengannya tanggal 20
September yang lalu. Tak kusangka bahwa pertemuan itu merupakan
perjumpaan yang tak terulang. Perjumpaan yang mewariskan pesan indah
bagaimana manusia itu seharusnya hidup. Ia mensharingkan ungkapan
hatinya: “Romo, aku sangat mencintai istri dan ketiga anakku.
Ingin hati mengungkapkannya dengan tindakan romantis seperti manusia
masa kini, tetapi malu dengan seumur tua ini. Akan tetapi, aku yakin
mereka merasakan kasihku walaupun tidak selalu terungkap dengan
kelembutan dan kemesraan. Aku bangga dengan istriku yang kuat dan tabah
dalam segala situasi. Aku juga bahagia melihat ketiga anakku telah
mentas (mandiri). Itulah perutusanku dari Tuhan, yaitu menjadi seorang
suami dan ayah yang mengasihi dan bertanggung jawab”.
Kerinduan hatinya terkabulkan pada hari Senin, tanggal 16 November
2013. Istrinya menjamah badannya yang dingin. Ia meminta dipeluk oleh
istrinya. Ia memohon istrinya meletakkan kepalanya di dadanya. Ia
kemudian meninggal dunia pada usia enampuluh tiga tahun. Istrinya
mengatakan bahwa kasih memang abadi: “Ia datang kepadaku untuk
menawarkan kasih. Aku menerimanya dengan kasih. Ia kini pulang ke rumah
Bapa dengan pelukan kasih”. Dengan berlinang air mata, ia meneruskan
ungkapan jiwanya: “Berkat pelukan kasihnya, aku mengerti satu
hal bahwa aku begitu berharga baginya. Aku bahagia karena kasih menepis
air mata. Kasihnya senantiasa mengisi hatiku ketika terasa hampa”.
Karena merasakan kasih ayahnya yang begitu besar, anak lelakinya yang
mewakili keluarga tidak bisa menyelesaikan ucapan “terima kasih”
sebelum peti masuk dalam kremasi. Deraian air matanya membuatnya tidak
mampu mengucapkan kata lagi. Intinya: “Terima kasih ayah atas kasihmu.
Engkau adalah ayah yang bertanggung jawab. Kadang-kadang engkau memang
keras, tetapi itu karena kasih agar kami hidup lurus”.
Pesan dalam sharing iman ini: Pelukan kasih menyapa hati. Ia
hadir pada saat kita merindukan kehangatannya. Ia menyembuhkan luka. Ia
menenangkan jiwa yang sedang dilanda emosi yang membara. Ia menanamkan
semangat untuk meraih impian di masa depan. Lebih dari semuanya, pelukan
kasih membuat hidup berharga dan bermakna.
Kini kita semakin mengerti Sabda Allah ini: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Korintus 13:13).
Tuhan Memberkati
Tuhan Memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC
Kuasa Pemulihan dan Penyembuhan Tuhan (KRK di Bandung)
Hari
Kamis, 28 November 2013 pukul 17.00, Gedung Graha Tirta – Bandung
dipenuhi lebih dari dua ribu umat. Mereka datang dari berbagai paroki di
Keuskupan Bandung untuk mengalami kuasa pemulihan dan penyembuhan Tuhan
dalam Kebangunan Rohani Katolik. KRK ini diadakan oleh Badan Pelayanan
Pembaharuan Karismatik Keuskupan Bandung.
Iman akan mukjizat Tuhan diterjemahkan dalam tarian indah yang penuh
makna dengan terus-menerus menyanyikan lagu “Hosanna In the Highest”.
Dalam iringan malaikat, baju-baju hitam terlepas yang menyimbolkan
runtuhnya kuasa kegelapan dan disembuhkannya berbagai penyakit.
Pemulihan pasti terjadi karena kasih Allah.
Setelah upacara penyembahan, aku memberikan homili : “ Ketika kita
menyembah Tuhan, kuasa Allah bekerja. Hati kita dipulihkan. Tubuh kita
disembuhkan”. Setelah homili, aku mengangkat doa mohon kesembuhan
bersama tujuh imam, yaitu Pastor Helman Pr (Moderator BPPK Keuskupan
Bandung), Pastor Christ Purba SJ (Moderator BPPK Keuskupan Agung
Jakarta), Pastor Hendra OSC, Pastor Yoakim OSC (Teman sekelas), Pastor
Santo OSC, Pastor Sutiman OSC, Pastor Surono OSC. Umat mengangkat tangan
menyanyikan lagu “Kurasakan Kasih-Mu Tuhan” bersama tim pujian yang
luar biasa.
Para pastor kemudian mendoakan satu persatu umat yang hadir. Ada
pengalaman yang baru pertama aku dapati dalam mendoakan ini. Seorang
gadis datang dan mohon : “Romo, tolong lepaskan aku karena aku telah
menyembah Lucifer selama sepuluh tahun”. Aku terkejut karena Lucifer
adalah kepala setan. Aku tompangkan tanganku di atas kepalanya dan ia
jatuh di lantai. Karena sudah selama satu jam lebih ia tidak bangun,
beberapa bapak mencoba mengangkat badannya. Akan tetapi, mereka tidak
ada yang kuat membawa tubuhnya karena ia memberontak sangat keras dan
memukuli yang mendekat dengan kekuatan yang luar biasa di luar dirinya
sebagai wanita. Hal ini mengingatkanku akan peristiwa seorang kerasukan
roh jahat dari pekuburan di Gerasa yang menemui Tuhan Yesus Kristus :
“Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup
mengikatnya, sekalipun dengan rantai” (Lukas 5:4). Aku katakan kepada
mereka : “Biarkan dahulu, nanti aku tangani setelah selesai mendoakan
semuanya”. Sebelum mendoakan para panitia, saya memerciki dia dengan air
suci dan garam yang aku berkati. Kemudian aku tempelkan salib rosario
di dahi dan mulutnya. Aku pegang tangannya dan ia berdiri dengan masih
agak lemas. Ia kemudian meneteskan air mata. Aku katakan : “Engkau telah
kembali menjadi anak Allah”. Ia menganggukkan kepalanya sambil berkata :
“Aku lebih bahagia menyembah Tuhan Yesus daripada setan”. Ia mengangkat
tangannya sambil menyanyikan : “Halleluya”. Ia telah dilepaskan dari
kuasa kegelapan. Aku pun mensyukuri atas rahmat imamat yang telah
diberikan Tuhan kepadaku.
Kebangunan rohani ini selesai pukul 21.00. Umat pulang dengan hati
bersukacita. Jamahan Tuhan pasti terasakan. Setiap orang tentu mengalami
kebaikan Tuhan, terutama imannya disegarkan.
Tuhan Memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC
Selasa, 14 Januari 2014
SEJARAH PATUNG TUAN MA
Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores
Flores Timur
Sekilas Sejarah Patung Tuan Ma
Biara PRR Cimanggis, Kampung Tipar Rt. 01/Rw 08 No. 48, Kel. Mekarsari, Cimanggis, Bogor-Indonesia
Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores
Flores Timur
Flores Timur merupakan sebuah
Kabupaten kepulauan di Propinsi NTT, yang mencakup Flotim daratan, Pulau
Adonara dan Pulau Solor. Karakter Geografis ini ternyata memuat sumber
daya yang begitu kaya, berupa tapak-tapak kepurbakalaan, sejarah
kebudayaan dan kesenian, flora-fauna, serta kebaharian yang padat
potensi.Larantuka adalah ibu kota Kabupaten Flores Timur. Secara
administrasi terdiri dari 13 Kecamatan dan 17 Kelurahan, 198 Desa,
dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa (data 2004). Umumnya masyarakat
masih menggangtungkan hidupnya sebagai petani dan nelayan dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada, sebagian lainnya sebagai
pegawai.
Kabupaten Flores Timur dikenal sebagai
wilayah kesatuan adat/budaya Lamaholot dengan menggunakan Bahasa
Lamaholot sebagai bahasa adat/budayanya. Flores Timur dahulu kala pun
mendapat pengaruh dari luar seperti Sriwijaya, Majapahit, Cina, Arab,
Belanda, Jepang serta dari berbagai daerah lainnya di Nusantara,
sementara Portugis secara khusus mempunyai pengaruh yang begitu mengakar
sehingga olehnya Larantuka identik dengan sebutan KOTA REINHA.
Secara geografis Flores Timur terletak
di belahan paling timur Pulau Flores, namun mudah untuk dicapai dari
arah manapun beriiringan dengan kian terbuka dan berkembangnya jaringan
telekomunikasi serta sarana-prasarana pendukung di sektor perhubungan.
Diantaranya yakni telah terbuka jalur penerbangan dari Kupang menuju
Larantuka, jaringan pelayanan PT. PELNI yang menyinggahi Larantuka dari
berbagai kota besar di Indonesia, layanan kapal feri dari Kupang dengan
frekuensi hampir setiap hari, demikian juga arus transport darat yang
menghubungkan semua Kabupaten di Pulau Flores. Layanan fasilitas umum
lainnya seperti sarana akomodasi/penginapan, rumah makan, transportasi
laut antar pulau, pos dan telekomunikasi, bank, rumah sakit dan
sebagainya menjadikan Flores Timur sebagai sebuah destinasi.
Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores
Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores
Dalam tradisi gereja Katolik di Flores Timur, khusunya di Larantuka,
ibukota Kabupaten Flores Timur, hari Kamis Putih merupakan hari suci
untuk melakukan kegiatan “tikan turo” atau menanam tiang-tiang lilin
sepanjang jalan raya yang menjadi rute Prosesi Jumat Agung pada keesokan
harinya (10/4).
Pada siang hari Kamis Putih itu, Larantuka yang populer dengan
sebutan kota Reinha Rosari itu, hening mencekam karena sedang dilakukan
kegiatan “tikan turo” oleh para mardomu (semacam panitia kecil yang
telah melamar jauh sebelumnya menjadi pelayan) sesuai promesanya
(nasar).
Ketika itu juga, aktivitas di kapela Tuan Ma (Bunda Maria) dimulai
dengan upacara “Muda Tuan” (pembukaan peti yang selama setahun ditutup)
oleh petugas conferia (sebuah badan organisasi dalam gereja) yang telah
diangkat melalui sumpah.
Arca Tuan Ma kemudian dibersihkan dan dimandikan lalu dilengkapi
dengan busana perkabungan berupa sehelai mantel warna hitam, ungu atau
beludru biru.
Umat Katolik yang hadir pada saat itu diberi kesempatan untuk berdoa,
menyembah, bersujud mohon berkat dan rahmat, kiranya permohonan itu
dapat dikabulkan oleh Tuhan Yesus melalui perantaraan Bunda Maria (Per
Mariam ad Jesum).
Sesuai tradisi, keturunan raja Larantuka Diaz Vieira Godinho yang
membuka pintu Kapela Tuan Ma yang terletak di bibir pantai Larantuka
itu.
Setelah pintu kapela dibuka, umat setempat serta para peziarah
Katolik dari berbagai penjuru NTT dan nusantara serta manca negara mulai
melakukan kegiatan “cium kaki Tuan Ma dan Tuan Ana” dalam suasana
hening dan sakral.
Sejarah Larantuka sendiri, tidak lepas dari kedatangan bangsa
Portugis dan Belanda, yang masing-masing membawa misi yang berbeda-beda
pula.
Bangsa Portugis membawa warna tersendiri bagi perkembangan sejarah
agama Katolik di Flores Timur, yang meliputi Pulau Adonara, Solor dan
juga Lembata yang telah berdiri sendiri menjadi sebuah daerah otonom
baru.
Kala itu, konon, orang Portugis yang membawa seorang penduduk asli
Larantuka bernama Resiona (menurut cerita legenda adalah penemu patung
Mater Dolorosa atau Bunda Yang Bersedih ketika terdampar di Pantai
Larantuka) ke Malaka untuk belajar agama.
Ketika kembali dari Malaka, Resiona membawa sebuah patung Bunda
Maria, alat-alat upacara liturgis dan sebuah badan organisasi yang
disebut Conferia, mengadakan politik kawin mawin antara kaum awam
Portugis dengan penduduk setempat.
Pada 1665, Raja Ola Adobala dibaptis atau dipermandikan dengan nama
Don Fransisco Ola Adobala Diaz Vieira de Godinho yang merupakan tokoh
pemrakarsa upacara penyerahan tongkat kerajaan berkepala emas kepada
Bunda Maria Reinha Rosari.
Setelah tongkat kerajaan itu diserahkan kepada Bunda Maria, Larantuka
sepenuhnya menjadi kota Reinha dan para raja adalah wakil dan abdi
Bunda Maria.
Pada 8 September 1886, Raja Don Lorenzo Usineno II DVG, raja ke-10
Larantuka, menobatkan Bunda Maria sebagai Ratu Kerajaan Larantuka. Sejak
itulah, Larantuka disebut dengan sapaan Reinha Rosari.
Pada 1954, Uskup Larantuka yang pertama, Mgr Gabriel Manek SVD
mengadakan upacara penyerahan Diosis Larantuka kepada Hati Maria Yang
Tak Bernoda.
Selama empat abad lebih, tradisi keagamaan tersebut tetap saja melekat dalam sanubari umat Katolik setempat.
Pengembangan agama Katolik di wilayah itu, tidak lepas dari peranan
para Raja Larantuka, para misionaris, peranan perkumpulan persaudaraan
rasul awam (conferia), dan peranan semua Suku Semana serta perananan
para Kakang (Kakang Lewo Pulo) dan para Pou (Suku Lema).
Contoh ritual yang terus dilakukan tiap tahun hingga saat ini adalah
penghayatan agama popular seputar “Semana Santa” dan Prosesi Jumad Agung
atau “Sesta Vera”.
Kedua ritual ini dikenal sebagai “anak sejarah nagi” juga sebagai ’gembala tradisi’ di tanah nagi-Larantuka.
Ritual tersebut merupakan suatu masa persiapan hati seluruh umat
Katolik secara tapa, silih dan tobat atas semua salah dan dosa, serta
suatu devosi rasa syukur atas berkat dan kemurahan Tuhan yang diterima
umat dari masa ke masa dalam setiap kehidupannya.
Doa yang didaraskan, pun lagu yang dinyanyikan selama masa ini menggunakan bahasa Portugis dan Latin.
Semana Santa (masa pekan suci) adalah istilah orang nagi Larantuka
mengenai masa puasa 40 hari menjelang hari raya Paskah yang diwarnai
dengan kegiatan doa bersama (mengaji) pada kapela-kapela (tori) dan
dilaksanakan selama pekan-pekan suci.
Doa bersama Semana Santa diawali pada hari Rabu Abu (permulaan masa
puasa) sampai dengan hari Rabu Trewa. Orang nagi Larantuka memaknai masa
Semana Santa sebagai masa permenungan, tapa, sili dosa dan tobat yang
dimulai dari hari Rabu atau disebut Rabu Trewa sehari menjelang Kamis
Putih.
Hari ini merupakan hari penutupan Semana Santa. Selain doa dan
mengaji di kapela-kapela, pada sore hari diadakan lamentasi (Ratapan
Nabi Yeremia) di gereja Katedral Larantuka.
Lamentasi dilakukan menurut ritus Romawi jaman dahulu. Pada saat ini,
Larantuka menjadi “Kota berkabung, sunyi senyap, tenang, jauh dari
hingar bingar, konsentrasi pada kesucian batin dan kebersihan hidup.
Sehari setelah Kamis Putih yang bertepatan dengan pelaksanaan pemilu
legislatif pada 9 April 2009, dilanjutkan dengan Prosesi Jumat Agung
dalam bentuk perarakan menghantar jenasah Yesus Kristus yang memaknai
Yesus sebagai inti, sedangkan Bunda Maria adalah pusat perhatian, Bunda
yang bersedih, Bunda yang berduka cita (Mater Dolorosa).
Pada hari Jumat pagi sekitar pukul 10:00 Wita, ritus Tuan Meninu
(Arca Yesus) dari Kota Rewido digelar. Setelah berdoa di kapela, Tuan
Meninu diarak lewat laut dengan acara yang semarak nan sakral.
Prosesi laut melawan arus ini berakhir di Pante Kuce, depan istana
Raja Larantuka dan selanjutnya diarak untuk ditakhtakan pada armada Tuan
Meninu di Pohon Sirih.
Arca Tuan Ma pun diarak dari kapela-Nya menuju Gereja Kathedral. Pada
sore hari pukul 15:00 Wita, patung Tuan Missericordia juga diarak dari
kapela Missericordia Pante Besar menuju armidanya di Pohon Sirih.
Dalam pelaksanaannya, perjalanan prosesi mengelilingi Kota Larantuka
menyinggahi delapan buah perhentian (armida), yakni Armida
Missericordia, Armida Tuan Meninu (armada kota), Armida St. Philipus,
Armida Tuan Trewa, Armida Pantekebi, Armida St. Antonius, Armida Kuce
dan Armida Desa Lohayong.
Urutan armida ini menggambarkan seluruh kehidupan Yesus Kristus mulai
dari ke AllahNya (Missericordia), kehidupan manusiaNya dari masa Bayi
(Tuan Meninu), masa remaja (St. Philipus) hingga masa penderitaanNya
sambil menghirup dengan tabah dan sabar seluruh isi piala penderitaan
sekaligus piala keselamatan umat manusia.
Pada Sabtu yang dikenal sebagai Sabtu Alleluya, umat Katolik mengarak
kembali Tuan Ma dan Tuan Ana dari Gereja Katedral untuk disemayamkan di
kapelanya masing-masing. Demikian pun halnya dengan patung Tuan
Missericordia dan Tuan Meninu diarak dari armidanya kembali ke
kapelanya.
Ketika tibanya Minggu Paskah, dilangsungkan upacara ekaristi di
gereja masing-masing. Selesai perayaan ekaristi, patung Maria Alleluya
diarak kembali ke kapela Pantekebis setelah pentakhtaan patung Maria
Alleluyah, dilakukan sebuah upacara yang disebut “sera punto dama” dari
para mardomu pintu Tuan Ma dan Tuan Ana yang lama kepada yang baru.
Tradisi keagamaan di Flores Timur yang sudah berlangsung ratusan tahun itu sampai sekarang masih tetap terus dipertahankan.
Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores
Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores
Sekilas Tarekat Puteri Reinha Rosari (PRR):
Konggregasi
ini didirikan oleh Mgr. Gabriel Manek, SVD (almarhum) dan Suster
Anfrida, SSpS (Co Pendiri) di Larantuka, 15 Agustus 1958.
Tarekat PRR didirikan berdasarkan tiga latar belakang, yakni :
- sebagai rasa syukur atas ketahanan iman umat di Keuskupan Larantuka yang selama 200 tahun tidak ada bimbingan hirarki, tetapi tetap kokoh.
- membaca kebutuhan yang mendesak terkait pewartaan sehingga Uskup Manek mendirikan konggregasi ini untuk bisa mewartakan injil.
- mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan.
Biara PRR Cimanggis, Kampung Tipar Rt. 01/Rw 08 No. 48, Kel. Mekarsari, Cimanggis, Bogor-Indonesia
Suster PRR melakukan Ikrar (Kaul ) untuk setia pada panggilannya
Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores
Langganan:
Postingan (Atom)