Pelukan Kasih
Terik
matahari sangat hebat di Oasis Lestari pada tanggal 21 November 2013
saat aku siap merayakan Ekaristi untuk mengkremasi seorang Bapak yang
tak pernah aku prediksi. Ketika aku turun dari mobil, seorang ibu
setengah baya menyapaku: “Romo, pasti kaget siapa yang meninggal ini. Ia
adalah suamiku. Romo mengenalnya pada peringatan seratus hari arwah
abangku satu bulan silam. Romo sempat mengobrol di luar dengannya. Ciri
khasnya adalah ia selalu mengenakan topi ke mana saja ia pergi”.
Hatiku termangu mengingat waktu bertemu dengannya tanggal 20
September yang lalu. Tak kusangka bahwa pertemuan itu merupakan
perjumpaan yang tak terulang. Perjumpaan yang mewariskan pesan indah
bagaimana manusia itu seharusnya hidup. Ia mensharingkan ungkapan
hatinya: “Romo, aku sangat mencintai istri dan ketiga anakku.
Ingin hati mengungkapkannya dengan tindakan romantis seperti manusia
masa kini, tetapi malu dengan seumur tua ini. Akan tetapi, aku yakin
mereka merasakan kasihku walaupun tidak selalu terungkap dengan
kelembutan dan kemesraan. Aku bangga dengan istriku yang kuat dan tabah
dalam segala situasi. Aku juga bahagia melihat ketiga anakku telah
mentas (mandiri). Itulah perutusanku dari Tuhan, yaitu menjadi seorang
suami dan ayah yang mengasihi dan bertanggung jawab”.
Kerinduan hatinya terkabulkan pada hari Senin, tanggal 16 November
2013. Istrinya menjamah badannya yang dingin. Ia meminta dipeluk oleh
istrinya. Ia memohon istrinya meletakkan kepalanya di dadanya. Ia
kemudian meninggal dunia pada usia enampuluh tiga tahun. Istrinya
mengatakan bahwa kasih memang abadi: “Ia datang kepadaku untuk
menawarkan kasih. Aku menerimanya dengan kasih. Ia kini pulang ke rumah
Bapa dengan pelukan kasih”. Dengan berlinang air mata, ia meneruskan
ungkapan jiwanya: “Berkat pelukan kasihnya, aku mengerti satu
hal bahwa aku begitu berharga baginya. Aku bahagia karena kasih menepis
air mata. Kasihnya senantiasa mengisi hatiku ketika terasa hampa”.
Karena merasakan kasih ayahnya yang begitu besar, anak lelakinya yang
mewakili keluarga tidak bisa menyelesaikan ucapan “terima kasih”
sebelum peti masuk dalam kremasi. Deraian air matanya membuatnya tidak
mampu mengucapkan kata lagi. Intinya: “Terima kasih ayah atas kasihmu.
Engkau adalah ayah yang bertanggung jawab. Kadang-kadang engkau memang
keras, tetapi itu karena kasih agar kami hidup lurus”.
Pesan dalam sharing iman ini: Pelukan kasih menyapa hati. Ia
hadir pada saat kita merindukan kehangatannya. Ia menyembuhkan luka. Ia
menenangkan jiwa yang sedang dilanda emosi yang membara. Ia menanamkan
semangat untuk meraih impian di masa depan. Lebih dari semuanya, pelukan
kasih membuat hidup berharga dan bermakna.
Kini kita semakin mengerti Sabda Allah ini: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Korintus 13:13).
Tuhan Memberkati
Tuhan Memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC
Kuasa Pemulihan dan Penyembuhan Tuhan (KRK di Bandung)
Hari
Kamis, 28 November 2013 pukul 17.00, Gedung Graha Tirta – Bandung
dipenuhi lebih dari dua ribu umat. Mereka datang dari berbagai paroki di
Keuskupan Bandung untuk mengalami kuasa pemulihan dan penyembuhan Tuhan
dalam Kebangunan Rohani Katolik. KRK ini diadakan oleh Badan Pelayanan
Pembaharuan Karismatik Keuskupan Bandung.
Iman akan mukjizat Tuhan diterjemahkan dalam tarian indah yang penuh
makna dengan terus-menerus menyanyikan lagu “Hosanna In the Highest”.
Dalam iringan malaikat, baju-baju hitam terlepas yang menyimbolkan
runtuhnya kuasa kegelapan dan disembuhkannya berbagai penyakit.
Pemulihan pasti terjadi karena kasih Allah.
Setelah upacara penyembahan, aku memberikan homili : “ Ketika kita
menyembah Tuhan, kuasa Allah bekerja. Hati kita dipulihkan. Tubuh kita
disembuhkan”. Setelah homili, aku mengangkat doa mohon kesembuhan
bersama tujuh imam, yaitu Pastor Helman Pr (Moderator BPPK Keuskupan
Bandung), Pastor Christ Purba SJ (Moderator BPPK Keuskupan Agung
Jakarta), Pastor Hendra OSC, Pastor Yoakim OSC (Teman sekelas), Pastor
Santo OSC, Pastor Sutiman OSC, Pastor Surono OSC. Umat mengangkat tangan
menyanyikan lagu “Kurasakan Kasih-Mu Tuhan” bersama tim pujian yang
luar biasa.
Para pastor kemudian mendoakan satu persatu umat yang hadir. Ada
pengalaman yang baru pertama aku dapati dalam mendoakan ini. Seorang
gadis datang dan mohon : “Romo, tolong lepaskan aku karena aku telah
menyembah Lucifer selama sepuluh tahun”. Aku terkejut karena Lucifer
adalah kepala setan. Aku tompangkan tanganku di atas kepalanya dan ia
jatuh di lantai. Karena sudah selama satu jam lebih ia tidak bangun,
beberapa bapak mencoba mengangkat badannya. Akan tetapi, mereka tidak
ada yang kuat membawa tubuhnya karena ia memberontak sangat keras dan
memukuli yang mendekat dengan kekuatan yang luar biasa di luar dirinya
sebagai wanita. Hal ini mengingatkanku akan peristiwa seorang kerasukan
roh jahat dari pekuburan di Gerasa yang menemui Tuhan Yesus Kristus :
“Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup
mengikatnya, sekalipun dengan rantai” (Lukas 5:4). Aku katakan kepada
mereka : “Biarkan dahulu, nanti aku tangani setelah selesai mendoakan
semuanya”. Sebelum mendoakan para panitia, saya memerciki dia dengan air
suci dan garam yang aku berkati. Kemudian aku tempelkan salib rosario
di dahi dan mulutnya. Aku pegang tangannya dan ia berdiri dengan masih
agak lemas. Ia kemudian meneteskan air mata. Aku katakan : “Engkau telah
kembali menjadi anak Allah”. Ia menganggukkan kepalanya sambil berkata :
“Aku lebih bahagia menyembah Tuhan Yesus daripada setan”. Ia mengangkat
tangannya sambil menyanyikan : “Halleluya”. Ia telah dilepaskan dari
kuasa kegelapan. Aku pun mensyukuri atas rahmat imamat yang telah
diberikan Tuhan kepadaku.
Kebangunan rohani ini selesai pukul 21.00. Umat pulang dengan hati
bersukacita. Jamahan Tuhan pasti terasakan. Setiap orang tentu mengalami
kebaikan Tuhan, terutama imannya disegarkan.
Tuhan Memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC
0 komentar:
Posting Komentar