Social Icons

Kamis, 16 Januari 2014

Indahnya Penyembuhan Tuhan (Kesaksian Perjuangan Melawan Kanker)

Indahnya Penyembuhan TuhanLampu—lampu berkelip di perumahan Citra Dua – Cengkareng mengingatkan akan keindahan surga yang menjadi tujuan kehidupan makhluk yang bertuhan. Saat itu, tanggal 05 November 2015, umat Lingkungan Yohanes Pembaptis mengadakan Misa untuk mendoakan arwah-arwah orang-orang tercinta.
Ketika aku memandang sepasang suami dan istri, yaitu Andreas Faizal Tjokro dan Pita, bersama anak-anaknya, aku kaget. Aku sangat mengenalnya karena beliau adalah wakil koordinator PDKK Paroki Trinitas – Cengkareng dan juga ketua wilayah 28 Paroki tersebut. Badannya kurus dan wajahnya menghitam. Dia baru saja menyelesaikan proses radiotherapy dan kemotherapy. Aku ingat bahwa sebelum menjalani pengobatan kankernya, istrinya meminta aku mendoakan suaminya itu. Bapak Faizal mengatakan : “Romo, aku datang karena ingin bertemu Romo. Aku ingin memberikan kesaksian akan kebaikan Tuhan yang tak terhingga”. Wajahnya nampak tidak down, bahkan tetap menunjukkan sukacita iman walaupun kanker pernah menderanya dan penanganan telah dijalaninya. Kata-katanya yang indah : “Di dalam sakitnya, justru mukjizat Tuhan sangat terasakan. Kuncinya adalah tetap setia melayani Dia walaupun penyakit mengancam jiwanya”.
Mukjizat Tuhan diimani sejak ia merasakan kepalanya sakit luar biasa pada bulan Februari 2013. Dokter syaraf menyarankan untuk melakukan MRI dan cek darah untuk mengetahui penyebabnya. Ia memutuskan hanya meminta obat anti sakit saja dahulu karena pada tanggal 28 Februari 2013 ia bersama istrinya, Pita, dengan teman-teman Shekinah mengadakan ziarah ke tanah suci, Holly Land, dalam rangka pesta perak SEP Shekinah. Obat itu membantunya ketika sakitnya kambuh. Pada hari kedua ziarah, ia mengalami mukjizat Tuhan semakin nyata setelah didoakan dalam Kebangunan Rohani Katolik (KRK). Ia tidak mengalami kesakitan lagi sampai ziarah selesai.
Setelah pulang dari ziarah, ia memutuskan melakukan biopsi di Pinang –Malaysia seperti anjuran dokter karena pembengkakan di leher tetap masih besar walaupun ia tidak merasakan sakit lagi. Hasil dari biopsi yang ia terima pada awal bulan April mengagetkannya. Ia divonis mengidap kanker rongga mulut (nasopharynx carcinoma) stadium empat. Ia sempat shock dan tidak lagi mampu berdoa seperti biasa. Dukungan doa dari teman-teman sekomunitas, guru-guru SEP Shekinah, uskup, para pastor, dan teman-teman sekolahnya memberikan kepadanya kelegaan. Ia mengalami kekuatan dan urapan baru. Kekuatan Roh Kudus melingkupinya. Ketika berdoa malam, ia sungguh bisa menerima keadaannya dan berserah kepada Tuhan Yesus. Ia berbicara kepada Tuhan: “Tuhan, aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menghadapi kanker ini. Aku mohon kepadaMu, Tuhan, untuk memberikan petunjuk melalui suara Roh Kudus-Mu agar aku boleh mengambil segala keputusan sesuai dengan rencana-Mu. Aku berserah kepadamu. Aku percaya ini boleh aku alami agar aku dapat lebih dekat lagi dengan Engkau”. Penyerahan kepada Tuhan membuahkan hasil yang mengagumkan. Hasil PET Scan menunjukkan bahwa kanker hanya ada di sekitar dinding tenggorokan dan belum menyebar sama sekali. Stadiumnya pun menurun menjadi stadium tiga.
Petunjuk Tuhan lebih lanjut diberikan kepadanya melalui orang-orang yang ia layani sambil menunggu pengobatan radiotherapy sebanyak tiga puluh tiga kali dan kemotherapy sebanyak enam kali pada tanggal 13 Mei 2013. Setiap minggu ia tetap menghantar komuni tiga orang oma. Ia memberikan kekuatan dan peneguhan dengan Firman Tuhan kepada seorang oma yang berusia enam puluh tahun yang kena kanker payudara dan baru saja menjalani kemotherapy yang pertama serta keadaannya lemah : “Ibu hendaknya untuk senantiasa berdoa, cukup dengan memanggil Yesus… Yesus… Yesus…. ketika merasa tidak berdaya”. Hal ini tidak mudah baginya karena ia juga akan menjalani hal yang sama. Ia sangat merasakan pelukan Tuhan Yesus yang memberikan kekuatan kepadanya untuk menjalani radiotherapy dan kemotherapy ketika seorang Bapak memeluknya sambil mengeluarkan air mata deras pada saat ia mendoakannya pada acara pencurahan Roh Kudus dalam retret pengutusan KEP Trinitas pada tanggal 11 Mei 2013. Peristiwa dan pelayanan ini memberikan kekuatan baginya ketika ia menjalani pengobatan. Katanya: “Tuhan Yesus memberikan apa yang aku butuhkan ketika aku tetap setia melayani Dia”.
Setelah menerima Sakramen Perminyakan Suci, ia didampingi istrinya tercinta dan mamanya pergi ke Singapore untuk menjalani radiotherapy dan kemotherapy selama dua bulan. Iman akan penyembuhan Tuhan menjadi kekuatannya. Ia dapat menyelesaikan semua proses radiotherapy dan kemotherapy yang begitu berat pada tanggal 25 September 2013. Walaupun berat badannya turun sampai 15 kg dan rambutnya rontok, ia tetap bahagia karena mengalami mukjizat Tuhan itu nyata. Setelah dilakukan pengecekan MRI, Ia dinyatakan telah bersih dari kanker. Puji Tuhan.
Ia merasakan berkat Tuhan dari penyakit ini. Pertama: relasi dengan istrinya semakin mantap. Kedua: pemulihan terjadi dalam keluarga. Ketiga: Mamanya tercinta mau untuk masuk Katolik setelah merasakan bagaimana perjuangannya bersama Tuhan Yesus melawan kanker. Ia sedang menjalani katekumen lansia dan akan dibaptis pada tanggal 7 Desember 2013 nanti. Ia mensyukuri berkat Tuhan di balik penyakit yang harus ia lalui: “Tuhan bukan hanya memberikan kesembuhan bagiku, tetapi menganugerahkan keselamatan bagi mamaku”. Ia menyimpulkan pengalaman imannya dalam sebuah kalimat: “Tuhan akan mengubah masalah yang mendera kita menjadi berkat istimewa ketika kita menyerahkannya kepada Tuhan, menanggungnya bersamaNya, dan tetap melayaniNya”.
Setelah sharing atas pengalaman iman dalam melalui penyakitnya, aku memberkati keluarganya sebagai ungkapan syukur atas kebaikan Tuhan bagi keluargnya. Ia menutup sharingnya dengan sebuah doa yang indah:
“Terima kasih Tuhan Yesus.
Aku sangat bersyukur boleh mengalami penyakit ini karena imanku semakin bertumbuh.
Aku akan terus menjadi saksi-Mu ke mana pun Engkau utus”.
Pesan dari sharing indah tesimpul dalam Mazmur 30:3: “TUHAN, Allahku, kepadaMu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku”. Aku pun memuji Tuhan atas karya-Nya yang ajaib.
Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

PELAYANAN

Pelukan Kasih

Pelukan KasihTerik matahari sangat hebat di Oasis Lestari pada tanggal 21 November 2013 saat aku siap merayakan Ekaristi untuk mengkremasi seorang Bapak yang tak pernah aku prediksi. Ketika aku turun dari mobil, seorang ibu setengah baya menyapaku: “Romo, pasti kaget siapa yang meninggal ini. Ia adalah suamiku. Romo mengenalnya pada peringatan seratus hari arwah abangku satu bulan silam. Romo sempat mengobrol di luar dengannya. Ciri khasnya adalah ia selalu mengenakan topi ke mana saja ia pergi”.
Hatiku termangu mengingat waktu bertemu dengannya tanggal 20 September yang lalu. Tak kusangka bahwa pertemuan itu merupakan perjumpaan yang tak terulang. Perjumpaan yang mewariskan pesan indah bagaimana manusia itu seharusnya hidup. Ia mensharingkan ungkapan hatinya: “Romo, aku sangat mencintai istri dan ketiga anakku. Ingin hati mengungkapkannya dengan tindakan romantis seperti manusia masa kini, tetapi malu dengan seumur tua ini. Akan tetapi, aku yakin mereka merasakan kasihku walaupun tidak selalu terungkap dengan kelembutan dan kemesraan. Aku bangga dengan istriku yang kuat dan tabah dalam segala situasi. Aku juga bahagia melihat ketiga anakku telah mentas (mandiri). Itulah perutusanku dari Tuhan, yaitu menjadi seorang suami dan ayah yang mengasihi dan bertanggung jawab”.
Kerinduan hatinya terkabulkan pada hari Senin, tanggal 16 November 2013. Istrinya menjamah badannya yang dingin. Ia meminta dipeluk oleh istrinya. Ia memohon istrinya meletakkan kepalanya di dadanya. Ia kemudian meninggal dunia pada usia enampuluh tiga tahun. Istrinya mengatakan bahwa kasih memang abadi: “Ia datang kepadaku untuk menawarkan kasih. Aku menerimanya dengan kasih. Ia kini pulang ke rumah Bapa dengan pelukan kasih”. Dengan berlinang air mata, ia meneruskan ungkapan jiwanya: “Berkat pelukan kasihnya, aku mengerti satu hal bahwa aku begitu berharga baginya. Aku bahagia karena kasih menepis air mata. Kasihnya senantiasa mengisi hatiku ketika terasa hampa”.
Karena merasakan kasih ayahnya yang begitu besar, anak lelakinya yang mewakili keluarga tidak bisa menyelesaikan ucapan “terima kasih” sebelum peti masuk dalam kremasi. Deraian air matanya membuatnya tidak mampu mengucapkan kata lagi. Intinya: “Terima kasih ayah atas kasihmu. Engkau adalah ayah yang bertanggung jawab. Kadang-kadang engkau memang keras, tetapi itu karena kasih agar kami hidup lurus”.
Pesan dalam sharing iman ini: Pelukan kasih menyapa hati. Ia hadir pada saat kita merindukan kehangatannya. Ia menyembuhkan luka. Ia menenangkan jiwa yang sedang dilanda emosi yang membara. Ia menanamkan semangat untuk meraih impian di masa depan. Lebih dari semuanya, pelukan kasih membuat hidup berharga dan bermakna.
Kini kita semakin mengerti Sabda Allah ini: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Korintus 13:13).
Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Kuasa Pemulihan dan Penyembuhan Tuhan (KRK di Bandung)

Kuasa Pemulihan dan Penyembuhan TuhanHari Kamis, 28 November 2013 pukul 17.00, Gedung Graha Tirta – Bandung dipenuhi lebih dari dua ribu umat. Mereka datang dari berbagai paroki di Keuskupan Bandung untuk mengalami kuasa pemulihan dan penyembuhan Tuhan dalam Kebangunan Rohani Katolik. KRK ini diadakan oleh Badan Pelayanan Pembaharuan Karismatik Keuskupan Bandung.
Iman akan mukjizat Tuhan diterjemahkan dalam tarian indah yang penuh makna dengan terus-menerus menyanyikan lagu “Hosanna In the Highest”. Dalam iringan malaikat, baju-baju hitam terlepas yang menyimbolkan runtuhnya kuasa kegelapan dan disembuhkannya berbagai penyakit. Pemulihan pasti terjadi karena kasih Allah.
Setelah upacara penyembahan, aku memberikan homili : “ Ketika kita menyembah Tuhan, kuasa Allah bekerja. Hati kita dipulihkan. Tubuh kita disembuhkan”. Setelah homili, aku mengangkat doa mohon kesembuhan bersama tujuh imam, yaitu Pastor Helman Pr (Moderator BPPK Keuskupan Bandung), Pastor Christ Purba SJ (Moderator BPPK Keuskupan Agung Jakarta), Pastor Hendra OSC, Pastor Yoakim OSC (Teman sekelas), Pastor Santo OSC, Pastor Sutiman OSC, Pastor Surono OSC. Umat mengangkat tangan menyanyikan lagu “Kurasakan Kasih-Mu Tuhan” bersama tim pujian yang luar biasa.
Para pastor kemudian mendoakan satu persatu umat yang hadir. Ada pengalaman yang baru pertama aku dapati dalam mendoakan ini. Seorang gadis datang dan mohon : “Romo, tolong lepaskan aku karena aku telah menyembah Lucifer selama sepuluh tahun”. Aku terkejut karena Lucifer adalah kepala setan. Aku tompangkan tanganku di atas kepalanya dan ia jatuh di lantai. Karena sudah selama satu jam lebih ia tidak bangun, beberapa bapak mencoba mengangkat badannya. Akan tetapi, mereka tidak ada yang kuat membawa tubuhnya karena ia memberontak sangat keras dan memukuli yang mendekat dengan kekuatan yang luar biasa di luar dirinya sebagai wanita. Hal ini mengingatkanku akan peristiwa seorang kerasukan roh jahat dari pekuburan di Gerasa yang menemui Tuhan Yesus Kristus : “Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai” (Lukas 5:4). Aku katakan kepada mereka : “Biarkan dahulu, nanti aku tangani setelah selesai mendoakan semuanya”. Sebelum mendoakan para panitia, saya memerciki dia dengan air suci dan garam yang aku berkati. Kemudian aku tempelkan salib rosario di dahi dan mulutnya. Aku pegang tangannya dan ia berdiri dengan masih agak lemas. Ia kemudian meneteskan air mata. Aku katakan : “Engkau telah kembali menjadi anak Allah”. Ia menganggukkan kepalanya sambil berkata : “Aku lebih bahagia menyembah Tuhan Yesus daripada setan”. Ia mengangkat tangannya sambil menyanyikan : “Halleluya”. Ia telah dilepaskan dari kuasa kegelapan. Aku pun mensyukuri atas rahmat imamat yang telah diberikan Tuhan kepadaku.
Kebangunan rohani ini selesai pukul 21.00. Umat pulang dengan hati bersukacita. Jamahan Tuhan pasti terasakan. Setiap orang tentu mengalami kebaikan Tuhan, terutama imannya disegarkan.
Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Selasa, 14 Januari 2014

SEJARAH PATUNG TUAN MA

Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores


Flores Timur 


Flores Timur merupakan sebuah Kabupaten kepulauan di Propinsi NTT, yang mencakup Flotim daratan, Pulau Adonara dan Pulau Solor. Karakter Geografis ini ternyata memuat sumber daya yang begitu kaya, berupa tapak-tapak kepurbakalaan, sejarah kebudayaan dan kesenian, flora-fauna, serta kebaharian yang padat potensi.Larantuka adalah ibu kota Kabupaten Flores Timur. Secara administrasi terdiri dari 13 Kecamatan dan 17 Kelurahan, 198 Desa, dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa (data 2004). Umumnya masyarakat masih menggangtungkan hidupnya sebagai petani dan nelayan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada, sebagian lainnya sebagai pegawai.
Kabupaten Flores Timur dikenal sebagai wilayah kesatuan adat/budaya Lamaholot dengan menggunakan Bahasa Lamaholot sebagai bahasa adat/budayanya. Flores Timur dahulu kala pun mendapat pengaruh dari luar seperti Sriwijaya, Majapahit, Cina, Arab, Belanda, Jepang serta dari berbagai daerah lainnya di Nusantara, sementara Portugis secara khusus mempunyai pengaruh yang begitu mengakar sehingga olehnya Larantuka identik dengan sebutan KOTA REINHA.
Secara geografis Flores Timur terletak di belahan paling timur Pulau Flores, namun mudah untuk dicapai dari arah manapun beriiringan dengan kian terbuka dan berkembangnya jaringan telekomunikasi serta sarana-prasarana pendukung di sektor perhubungan. Diantaranya yakni telah terbuka jalur penerbangan dari Kupang menuju Larantuka, jaringan pelayanan PT. PELNI yang menyinggahi Larantuka dari berbagai kota besar di Indonesia, layanan kapal feri dari Kupang dengan frekuensi hampir setiap hari, demikian juga arus transport darat yang menghubungkan semua Kabupaten di Pulau Flores. Layanan fasilitas umum lainnya seperti sarana akomodasi/penginapan, rumah makan, transportasi laut antar pulau, pos dan telekomunikasi, bank, rumah sakit dan sebagainya menjadikan Flores Timur sebagai sebuah destinasi.

Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores

Sekilas Sejarah Patung Tuan Ma

Dalam tradisi gereja Katolik di Flores Timur, khusunya di Larantuka, ibukota Kabupaten Flores Timur, hari Kamis Putih merupakan hari suci untuk melakukan kegiatan “tikan turo” atau menanam tiang-tiang lilin sepanjang jalan raya yang menjadi rute Prosesi Jumat Agung pada keesokan harinya (10/4).

Pada siang hari Kamis Putih itu, Larantuka yang populer dengan sebutan kota Reinha Rosari itu, hening mencekam karena sedang dilakukan kegiatan “tikan turo” oleh para mardomu (semacam panitia kecil yang telah melamar jauh sebelumnya menjadi pelayan) sesuai promesanya (nasar).

Ketika itu juga, aktivitas di kapela Tuan Ma (Bunda Maria) dimulai dengan upacara “Muda Tuan” (pembukaan peti yang selama setahun ditutup) oleh petugas conferia (sebuah badan organisasi dalam gereja) yang telah diangkat melalui sumpah.

Arca Tuan Ma kemudian dibersihkan dan dimandikan lalu dilengkapi dengan busana perkabungan berupa sehelai mantel warna hitam, ungu atau beludru biru.

Umat Katolik yang hadir pada saat itu diberi kesempatan untuk berdoa, menyembah, bersujud mohon berkat dan rahmat, kiranya permohonan itu dapat dikabulkan oleh Tuhan Yesus melalui perantaraan Bunda Maria (Per Mariam ad Jesum).

Sesuai tradisi, keturunan raja Larantuka Diaz Vieira Godinho yang membuka pintu Kapela Tuan Ma yang terletak di bibir pantai Larantuka itu.

Setelah pintu kapela dibuka, umat setempat serta para peziarah Katolik dari berbagai penjuru NTT dan nusantara serta manca negara mulai melakukan kegiatan “cium kaki Tuan Ma dan Tuan Ana” dalam suasana hening dan sakral.

Sejarah Larantuka sendiri, tidak lepas dari kedatangan bangsa Portugis dan Belanda, yang masing-masing membawa misi yang berbeda-beda pula.

Bangsa Portugis membawa warna tersendiri bagi perkembangan sejarah agama Katolik di Flores Timur, yang meliputi Pulau Adonara, Solor dan juga Lembata yang telah berdiri sendiri menjadi sebuah daerah otonom baru.

Kala itu, konon, orang Portugis yang membawa seorang penduduk asli Larantuka bernama Resiona (menurut cerita legenda adalah penemu patung Mater Dolorosa atau Bunda Yang Bersedih ketika terdampar di Pantai Larantuka) ke Malaka untuk belajar agama.

Ketika kembali dari Malaka, Resiona membawa sebuah patung Bunda Maria, alat-alat upacara liturgis dan sebuah badan organisasi yang disebut Conferia, mengadakan politik kawin mawin antara kaum awam Portugis dengan penduduk setempat.

Pada 1665, Raja Ola Adobala dibaptis atau dipermandikan dengan nama Don Fransisco Ola Adobala Diaz Vieira de Godinho yang merupakan tokoh pemrakarsa upacara penyerahan tongkat kerajaan berkepala emas kepada Bunda Maria Reinha Rosari.

Setelah tongkat kerajaan itu diserahkan kepada Bunda Maria, Larantuka sepenuhnya menjadi kota Reinha dan para raja adalah wakil dan abdi Bunda Maria.

Pada 8 September 1886, Raja Don Lorenzo Usineno II DVG, raja ke-10 Larantuka, menobatkan Bunda Maria sebagai Ratu Kerajaan Larantuka. Sejak itulah, Larantuka disebut dengan sapaan Reinha Rosari.

Pada 1954, Uskup Larantuka yang pertama, Mgr Gabriel Manek SVD mengadakan upacara penyerahan Diosis Larantuka kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda.

Selama empat abad lebih, tradisi keagamaan tersebut tetap saja melekat dalam sanubari umat Katolik setempat.

Pengembangan agama Katolik di wilayah itu, tidak lepas dari peranan para Raja Larantuka, para misionaris, peranan perkumpulan persaudaraan rasul awam (conferia), dan peranan semua Suku Semana serta perananan para Kakang (Kakang Lewo Pulo) dan para Pou (Suku Lema).

Contoh ritual yang terus dilakukan tiap tahun hingga saat ini adalah penghayatan agama popular seputar “Semana Santa” dan Prosesi Jumad Agung atau “Sesta Vera”.

Kedua ritual ini dikenal sebagai “anak sejarah nagi” juga sebagai ’gembala tradisi’ di tanah nagi-Larantuka.

Ritual tersebut merupakan suatu masa persiapan hati seluruh umat Katolik secara tapa, silih dan tobat atas semua salah dan dosa, serta suatu devosi rasa syukur atas berkat dan kemurahan Tuhan yang diterima umat dari masa ke masa dalam setiap kehidupannya.

Doa yang didaraskan, pun lagu yang dinyanyikan selama masa ini menggunakan bahasa Portugis dan Latin.

Semana Santa (masa pekan suci) adalah istilah orang nagi Larantuka mengenai masa puasa 40 hari menjelang hari raya Paskah yang diwarnai dengan kegiatan doa bersama (mengaji) pada kapela-kapela (tori) dan dilaksanakan selama pekan-pekan suci.

Doa bersama Semana Santa diawali pada hari Rabu Abu (permulaan masa puasa) sampai dengan hari Rabu Trewa. Orang nagi Larantuka memaknai masa Semana Santa sebagai masa permenungan, tapa, sili dosa dan tobat yang dimulai dari hari Rabu atau disebut Rabu Trewa sehari menjelang Kamis Putih.

Hari ini merupakan hari penutupan Semana Santa. Selain doa dan mengaji di kapela-kapela, pada sore hari diadakan lamentasi (Ratapan Nabi Yeremia) di gereja Katedral Larantuka.

Lamentasi dilakukan menurut ritus Romawi jaman dahulu. Pada saat ini, Larantuka menjadi “Kota berkabung, sunyi senyap, tenang, jauh dari hingar bingar, konsentrasi pada kesucian batin dan kebersihan hidup.

Sehari setelah Kamis Putih yang bertepatan dengan pelaksanaan pemilu legislatif pada 9 April 2009, dilanjutkan dengan Prosesi Jumat Agung dalam bentuk perarakan menghantar jenasah Yesus Kristus yang memaknai Yesus sebagai inti, sedangkan Bunda Maria adalah pusat perhatian, Bunda yang bersedih, Bunda yang berduka cita (Mater Dolorosa).

Pada hari Jumat pagi sekitar pukul 10:00 Wita, ritus Tuan Meninu (Arca Yesus) dari Kota Rewido digelar. Setelah berdoa di kapela, Tuan Meninu diarak lewat laut dengan acara yang semarak nan sakral.

Prosesi laut melawan arus ini berakhir di Pante Kuce, depan istana Raja Larantuka dan selanjutnya diarak untuk ditakhtakan pada armada Tuan Meninu di Pohon Sirih.

Arca Tuan Ma pun diarak dari kapela-Nya menuju Gereja Kathedral. Pada sore hari pukul 15:00 Wita, patung Tuan Missericordia juga diarak dari kapela Missericordia Pante Besar menuju armidanya di Pohon Sirih.

Dalam pelaksanaannya, perjalanan prosesi mengelilingi Kota Larantuka menyinggahi delapan buah perhentian (armida), yakni Armida Missericordia, Armida Tuan Meninu (armada kota), Armida St. Philipus, Armida Tuan Trewa, Armida Pantekebi, Armida St. Antonius, Armida Kuce dan Armida Desa Lohayong.

Urutan armida ini menggambarkan seluruh kehidupan Yesus Kristus mulai dari ke AllahNya (Missericordia), kehidupan manusiaNya dari masa Bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St. Philipus) hingga masa penderitaanNya sambil menghirup dengan tabah dan sabar seluruh isi piala penderitaan sekaligus piala keselamatan umat manusia.

Pada Sabtu yang dikenal sebagai Sabtu Alleluya, umat Katolik mengarak kembali Tuan Ma dan Tuan Ana dari Gereja Katedral untuk disemayamkan di kapelanya masing-masing. Demikian pun halnya dengan patung Tuan Missericordia dan Tuan Meninu diarak dari armidanya kembali ke kapelanya.

Ketika tibanya Minggu Paskah, dilangsungkan upacara ekaristi di gereja masing-masing. Selesai perayaan ekaristi, patung Maria Alleluya diarak kembali ke kapela Pantekebis setelah pentakhtaan patung Maria Alleluyah, dilakukan sebuah upacara yang disebut “sera punto dama” dari para mardomu pintu Tuan Ma dan Tuan Ana yang lama kepada yang baru.

Tradisi keagamaan di Flores Timur yang sudah berlangsung ratusan tahun itu sampai sekarang masih tetap terus dipertahankan.

Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores

Sekilas Tarekat Puteri Reinha Rosari (PRR):
Konggregasi ini didirikan oleh Mgr. Gabriel Manek, SVD (almarhum) dan Suster Anfrida, SSpS (Co Pendiri) di Larantuka, 15 Agustus 1958.
Tarekat PRR didirikan berdasarkan tiga latar belakang, yakni :
  1. sebagai rasa syukur atas ketahanan iman umat di Keuskupan Larantuka yang selama 200 tahun tidak ada bimbingan hirarki, tetapi tetap kokoh.
  2. membaca kebutuhan yang mendesak terkait pewartaan sehingga Uskup Manek mendirikan konggregasi ini untuk bisa mewartakan injil.
  3. mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan.
Pusat Konggregasi PRR:  Biara Pusat PRR, Kotak Pos 3, Lebao-Larantuka, Flores Timur 86200, Indonesia.
Biara PRR Cimanggis, Kampung Tipar Rt. 01/Rw 08 No. 48, Kel. Mekarsari, Cimanggis, Bogor-Indonesia
Suster PRR melakukan Ikrar (Kaul ) untuk setia pada panggilannya





Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores
 

ILE MANDIRI TOUR & TRAVEL

ILE MANDIRI TOUR & TRAVEL
Jl. Joakim BL, De-Rosari RT/RW : 08/03 No. 108 Postoh, Larantuka, Flores Timur, NTT - Indonesia, +62 383 232 5746 ( Shop ), +62 821 699 953 48 ( hp ), E : larantukatourtravel@hotmail.com, W : ilemandiritourandtravel.com, Blog : ilemandiritourtravel.blogspot.com
 
Blogger Templates